Biota laut adalah berbagai jenis organisme hidup di
perairan laut yang menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu produsen
merupakan biota laut yang mampu mensintesa zat organik baru dari zat anorganik,
kedua adalah konsumen merupakan biota laut yang memanfaatkan zat organik dari
luar tubuhnya secara langsung. Dan yang ketiga adalah redusen merupakan biota
laut yang tidak mampu menelan zat organik dalam bentuk butiran, tidak mampu
berfotosintesis namun mampu memecah molekul organik menjadi lebih sederhana.
Penggolongan biota laut menurut sifat hidupnya
dibedakan menjadi plankton merupakan semua biota yang hidup melayang di dalam
air yang pergerakkannya ditentukan oleh lingkungannya. Kemudian nekton adalah
semua biota yang dapat berenang bebas dan mengatur sendiri arah perherakkannya
dan bentos merupakan semua biota yang hidup didasar perairan baik membenamkan
diri, menempel maupun merayap.
Perubahan kondisi laut yang terjadi dimasa lalu hingga
saat ini ditambah dengan interaksi biota laut dalam pemangsaan merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap daya adaptasi pada biota laut. Kemampuan adaptasi
biota laut yang berlanjut dalam jangka waktu lama yang akhirnya menjadi sebuah
evolusi menjadikan keanekaragaman biota laut menjadi tinggi.
Proses Adaptasi Biota Laut
1. Ketersediaan
makanan
Laut dalam tidak memiliki lokasi dimana produksi primer dapat berlangsung
kecuali diaderah dimana terdapat bakteri kemosintetik.Karena itu semua
organisme penghuni laut dalam menggantungkan makanannya pada produksi dari
tempat lain yang dapat melakukan forosintetis. Pakan ini kemudian diangkut atau
terangkut ke laut dalam.(Nyibakken,1988)
Pakan yang tenggelam biasanya berupa pakan pelet tinja organisme di laut
permukaan atau kulit crustacea yang lepas pada saat molting. Karena kebanyakan
organisme tidak dapat mencerna kitin dari kulit crustacea, biasanya kulit
tersebut akan diserang oleh bakteri dan dicerna kemudian di keluarkan dalam
bentuk pakan protoplasma bakteri. Akibatnya di dasar laut dalam banyak terdapat
bakteri yang merupakan makanan dari organisme yang lebih besar. Bahkan
kelimpahan organisme pemakan bakteri akan lebih banyak daripada organisme
pelagik di kedalaman yang sama.
Konsentrasi makanan yang larut
dalam air laut relatif rendah dan keadaan seperti ini merupakan faktor pembatas
terhadap populasi organisme dilaut. Pada laut dalam, kandungan phosphat dan
nitrat merupakan faktor pembatas. Karena kedua unsur hara tersebut diperlukan
bagi proses photosynthesa. Reaksi dalam proses photosynthesa oleh fitoplankton
dapat dianggap sebagai pabrik ppembuat makanan yang sering kali disebut
business of green plant. Umumnya distribusi vertikal makanan berkurang dengan
bertambahnya kedalaman laut. Sutomo (1978) mengatakan bahwa transfer energi dari tingkatan tropik yang
satu ke yang lain dari permukaan kedasar, dalam tingkatan tertentu ditunjukan
oleh sifat sebaran vertikal, kuantitas dan komposisi plankton pada berbagai
kedalama.
Pakan yang dapat langsung dimanfaatkan adalah organisme laut dalam adalag
organisme yang pada saat larvanya berada di zona fotik dan dewasanya bermigrasi
ke laut dalam dimana ia akan menjadi mangsa para predator. Jenis pakan lain
yang dapat langsung dimanfaatkan adalah organisme mati yang berasal dari laut
permukaan yang pada saat sampai ke dasar laut dalam belum seluruhnya habis
dimakan oleh organisme lain di zona atasnya. Pakan yang terdapat di laut dalam jumlahnya sangat sedikit, tergantung
pada Pakan yang diproduksi di tempat lain dan
terangkut oleh proses hidrodinamis ke arah laut dalam. pakan pada
ekosistem laut dalam berasal dari sisa – sisa makanan dari ekosistem laut
dangkal. Selain itu pakan bagi organisme – organisme ialah organisme yang telah
mati. Selain itu pakan juga dapat berasal dari jatuhan bangkai hewan besar (ikan)
atau tumbuhan, beberapa jenis bakteri yang mudah dicerna dan berbagai bahan
organik terlarut.
2. Suhu dan Intensitas cahaya
Daerah termoklin atau daerah dimana terjadi
perubahan suhu drastis berkisar antara 100 meter hingga hampir satu kilometer.
Setelah daerah termoklin, suhu air akan sangat dingin dan jauh lebih homogen
dibandingkan pada daerah termoklin. Semakin dalam suhu akan semakin turun
tetapi laju perubahannya jauh lebih lambat dari pada suhu pada daerah
termoklin. Dikedalaman 3000-4000m masa air dapat dikatakan isotermal, suhu
tidak berubah dalam jangka waktu yang lama dan tidak dipengaruhi oleh musim
maupun tahun. Mungkin tidak ada habitat lain dibumi yang suhunya sekonstan
habitat laut dalam ini. (Nyibakken,1988)
Laut dalam memiliki keadaan yang gelap gulita
kecuali sebagian dari zona mesopelagik yang dalam kondisi dan waktu tertentu
masih ada sedikit cahaya matahari. Karena wilayahnya yang gelap gullita
sepanjang masa dan internsitas cahaya sangat rendah, maka fotosintesis tidaka
akan berlangsung. Maka dari itu di wilayah ini tidak ada produksi primer.
Cahaya di wilayah laut dalam ini merupakan cahaya yang dihasilkan oleh hewan
laut dalam tertentu. Keadaan yang gelap gulita ini memaksa penghuni-penghuninya
untuk memiliki indra-indra khusus guna mendeteksi makanan, predator dan lawan
jenis untuk tujuan reproduksinya serta mempertahankan bermacam-macam asosiasi
intra maupun antar spesies untuk kelangsungan hidupnya.
3.
Zona Air Laut (marine)
Dari semua faktor lingkungan di laut dalam yang menunjukkan kisaran
terbesar adalah tekanan hirostatik. Bertambahnya kedalaman setiap 10 m tekanan
naik sekitar 1 atm. Karena kedalaman laut dalam berkisar 100 hingga 10.000m,
maka tekanannya dapat mencapai lebih dari 1000 atmosfer.sebagian laut dalam
bertekanan hidrostatik antara 200 hingga 600 atm.
Dari penelitian para ahli yang mencoba mengkultur bakteri laut dalam dalam
kondisi tekanan hirostatik yang berbeda, bakteri akan berhenti tumbuh dan
berkembang biak pada tekanan yang rendah, dan tetap aktif pada tekanan
habitatnya. Hal ini menunjukkan bahwa penghuni laut dalam memiliki adaptasi
khusus terhadap tekanan hidrostatik yang tinggi.
Bagian laut dalam ini merupakan zona dibawah
kedalaman yang dapat ditembus sinar matahari di laut terbuka dan lebih dalam
dari paparan benua (>200m). Laut dalam diliputi suasana gelap gulita
sepanjang tahun karena wilayah tersebut tak pernah tersentuh sinar matahari.
Apabila perairan dibagi menjadi zona fotikdan afotik, maka wilayah ini masuk
dalam zona afotik. Diperairan tropis zona afotik dimulai dari kedalaman ~ 600
m, sedangkan diperairan beriklim sedang zona ini dimulai dari kedlaman ~100 m.
(Nyibakken,1988).
4.
Kadar Garam Air Laut dan Ion
Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama
dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan
untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan
yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air
laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:
a.
banyak minum
b.
air masuk ke
jaringan secara osmosis melalui usus
c.
sedikit
mengeluarkan urine
d.
pengeluaran
air terjadi secara osmosis
e.
garam-garam
dikeluarkan secara aktif melalui insang.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel
yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi
beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar