Minggu, 28 Desember 2014

Adaptasi Biota Laut



Biota laut adalah berbagai jenis organisme hidup di perairan laut yang menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu produsen merupakan biota laut yang mampu mensintesa zat organik baru dari zat anorganik, kedua adalah konsumen merupakan biota laut yang memanfaatkan zat organik dari luar tubuhnya secara langsung. Dan yang ketiga adalah redusen merupakan biota laut yang tidak mampu menelan zat organik dalam bentuk butiran, tidak mampu berfotosintesis namun mampu memecah molekul organik menjadi lebih sederhana.

Penggolongan biota laut menurut sifat hidupnya dibedakan menjadi plankton merupakan semua biota yang hidup melayang di dalam air yang pergerakkannya ditentukan oleh lingkungannya. Kemudian nekton adalah semua biota yang dapat berenang bebas dan mengatur sendiri arah perherakkannya dan bentos merupakan semua biota yang hidup didasar perairan baik membenamkan diri, menempel maupun merayap.
Perubahan kondisi laut yang terjadi dimasa lalu hingga saat ini ditambah dengan interaksi biota laut dalam pemangsaan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap daya adaptasi pada biota laut. Kemampuan adaptasi biota laut yang berlanjut dalam jangka waktu lama yang akhirnya menjadi sebuah evolusi menjadikan keanekaragaman biota laut menjadi tinggi.

Proses Adaptasi Biota Laut
1.      Ketersediaan makanan
Laut dalam tidak memiliki lokasi dimana produksi primer dapat berlangsung kecuali diaderah dimana terdapat bakteri kemosintetik.Karena itu semua organisme penghuni laut dalam menggantungkan makanannya pada produksi dari tempat lain yang dapat melakukan forosintetis. Pakan ini kemudian diangkut atau terangkut ke laut dalam.(Nyibakken,1988)
Pakan yang tenggelam biasanya berupa pakan pelet tinja organisme di laut permukaan atau kulit crustacea yang lepas pada saat molting. Karena kebanyakan organisme tidak dapat mencerna kitin dari kulit crustacea, biasanya kulit tersebut akan diserang oleh bakteri dan dicerna kemudian di keluarkan dalam bentuk pakan protoplasma bakteri. Akibatnya di dasar laut dalam banyak terdapat bakteri yang merupakan makanan dari organisme yang lebih besar. Bahkan kelimpahan organisme pemakan bakteri akan lebih banyak daripada organisme pelagik di kedalaman yang sama.
Konsentrasi makanan yang larut dalam air laut relatif rendah dan keadaan seperti ini merupakan faktor pembatas terhadap populasi organisme dilaut. Pada laut dalam, kandungan phosphat dan nitrat merupakan faktor pembatas. Karena kedua unsur hara tersebut diperlukan bagi proses photosynthesa. Reaksi dalam proses photosynthesa oleh fitoplankton dapat dianggap sebagai pabrik ppembuat makanan yang sering kali disebut business of green plant. Umumnya distribusi vertikal makanan berkurang dengan bertambahnya kedalaman laut. Sutomo (1978) mengatakan bahwa transfer energi dari tingkatan tropik yang satu ke yang lain dari permukaan kedasar, dalam tingkatan tertentu ditunjukan oleh sifat sebaran vertikal, kuantitas dan komposisi plankton pada berbagai kedalama.
Pakan yang dapat langsung dimanfaatkan adalah organisme laut dalam adalag organisme yang pada saat larvanya berada di zona fotik dan dewasanya bermigrasi ke laut dalam dimana ia akan menjadi mangsa para predator. Jenis pakan lain yang dapat langsung dimanfaatkan adalah organisme mati yang berasal dari laut permukaan yang pada saat sampai ke dasar laut dalam belum seluruhnya habis dimakan oleh organisme lain di zona atasnya. Pakan yang terdapat di laut dalam jumlahnya sangat sedikit, tergantung pada Pakan yang diproduksi di tempat lain dan terangkut oleh proses hidrodinamis ke arah laut dalam. pakan pada ekosistem laut dalam berasal dari sisa – sisa makanan dari ekosistem laut dangkal. Selain itu pakan bagi organisme – organisme ialah organisme yang telah mati. Selain itu pakan juga dapat berasal dari  jatuhan bangkai hewan besar (ikan) atau tumbuhan, beberapa jenis bakteri yang mudah dicerna dan berbagai bahan organik terlarut.
2.       Suhu dan Intensitas cahaya
Daerah termoklin atau daerah dimana terjadi perubahan suhu drastis berkisar antara 100 meter hingga hampir satu kilometer. Setelah daerah termoklin, suhu air akan sangat dingin dan jauh lebih homogen dibandingkan pada daerah termoklin.  Semakin dalam suhu akan semakin turun tetapi laju perubahannya jauh lebih lambat dari pada suhu pada daerah termoklin. Dikedalaman 3000-4000m masa air dapat dikatakan isotermal, suhu tidak berubah dalam jangka waktu yang lama dan tidak dipengaruhi oleh musim maupun tahun. Mungkin tidak ada habitat lain dibumi yang suhunya sekonstan habitat laut dalam ini. (Nyibakken,1988)
Laut dalam memiliki keadaan yang gelap gulita kecuali sebagian dari zona mesopelagik yang dalam kondisi dan waktu tertentu masih ada sedikit cahaya matahari. Karena wilayahnya yang gelap gullita sepanjang masa dan internsitas cahaya sangat rendah, maka fotosintesis tidaka akan berlangsung. Maka dari itu di wilayah ini tidak ada produksi primer. Cahaya di wilayah laut dalam ini merupakan cahaya yang dihasilkan oleh hewan laut dalam tertentu. Keadaan yang gelap gulita ini memaksa penghuni-penghuninya untuk memiliki indra-indra khusus guna mendeteksi makanan, predator dan lawan jenis untuk tujuan reproduksinya serta mempertahankan bermacam-macam asosiasi intra maupun antar spesies untuk kelangsungan hidupnya.
3.      Zona Air Laut (marine)
Dari semua faktor lingkungan di laut dalam yang menunjukkan kisaran terbesar adalah tekanan hirostatik. Bertambahnya kedalaman setiap 10 m tekanan naik sekitar 1 atm. Karena kedalaman laut dalam berkisar 100 hingga 10.000m, maka tekanannya dapat mencapai lebih dari 1000 atmosfer.sebagian laut dalam bertekanan hidrostatik antara 200 hingga 600 atm.
Dari penelitian para ahli yang mencoba mengkultur bakteri laut dalam dalam kondisi tekanan hirostatik yang berbeda, bakteri akan berhenti tumbuh dan berkembang biak pada tekanan yang rendah, dan tetap aktif pada tekanan habitatnya. Hal ini menunjukkan bahwa penghuni laut dalam memiliki adaptasi khusus  terhadap tekanan hidrostatik yang tinggi.
Bagian laut dalam ini merupakan zona dibawah kedalaman yang dapat ditembus sinar matahari di laut terbuka dan lebih dalam dari paparan benua (>200m). Laut dalam diliputi suasana gelap gulita sepanjang tahun karena wilayah tersebut tak pernah tersentuh sinar matahari. Apabila perairan dibagi menjadi zona fotikdan afotik, maka wilayah ini masuk dalam zona afotik. Diperairan tropis zona afotik dimulai dari kedalaman ~ 600 m, sedangkan diperairan beriklim sedang zona ini dimulai dari kedlaman ~100 m. (Nyibakken,1988).
4.      Kadar Garam Air Laut dan Ion
Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:
a.       banyak minum
b.      air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus
c.       sedikit mengeluarkan urine
d.       pengeluaran air terjadi secara osmosis
e.        garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.

Tidak ada komentar: